HEDIR AKHMAD

Janji adalah hutang, itu merupakan sebuah kata mutiara yang saya ingat sejak kecul dahulu saat SD. Sederhana, namun sangatlah tepat.

Membuat janji dengan seseorang langsung dikonsekuensikan sebagai hutang yang harus dibayar. Oleh karena itu janji di sini mempunya peranan yang serius dalam kehidupan kita, semakin kita gampang dan enteng dalam membuat janji janji, maka hutang kita akan semakin banyak semakin bertumpuk tumpuk, apalagi hanyalah janji janji palsu.

kadang kita juga pernah berjanji dalam hati kepada Tuhan untuk berlaku yang lebih baik, untuk taat kepada-Nya, dengan tidak sadar kita sudah mempunyai hutang yang harus kita bayar untuk Tuhan. Sepele memang, tapi itulah konsekuensi daripada janji. Dan semua itu tercatat dengan baik.

Namun bagaimana kita memposisikan kata mutiara itu hanya sebagai pemanis belaka? hanya sebagai pelecut semangat untuk menepati janji? toh kata kata itu bukan lah suatu hukum syariat bukan?

betul memang, tapi jika kita hidup dalam lingkungan sosial. Sebuah janji memang sangatlah dikaitkan khusus dan serius bagaikan hutang yang memang wajib kita membayarnya hingga pihak lain ridho atas kita. Tidak lantas karena itu bukan hukum syariat maka kita seenaknya saja mengingkari janji janji yang telah kita buat sebelumnya. Meskipun kadang kita tidak bisa memenuhi janji itu, paling tidak kita sudah memohon untuk meminta ridho kepada pihak yang telah kita berjanji untuk nya.

- - -

bagaimana kah aku memenuhi janji janji khayal itu padamu kawan.. ?